Saturday, April 30, 2016

HUBUNGAN ANTARA FRANKENSTEIN, SEPEDA DAN LETUSAN TAMBORA


Letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa 200 tahun lalu adalah yang terdahsyat sepanjang masa yang tercatat pada era modern. Letusan hebat itu mengakibatkan bencana ekologi di Eropa. Epidemi, kelaparan, kematian massal. Itula dampak letusan Gunung Tambora 200 tahun  lalu di Eropa. Letusan hebat itu pada tahun berikutnya mengakibatkan ekologi di benua Eropa.

Tahun 1816, bencana ekologi global kemudian dicatat sejarah sebagai Tahun Tanpa Musim Panas. Di Eropa dan Amerika Utara, cuaca kacau. Hujan turun terus menerus, suhu membeku terjadi di bulan Juni dan Juli, saat - saat musim panas seharusnya tiba. Berbagai daerah mengalami gagal panen, yang kemudian mengakibatkan bencana kelaparan besar - besaran.

Seperti yang dikutip dari goodnesfromindonesia.org di Jerman, menurut catatan sejarah, antara bulan Mei dan September 1816 hanya ada sekitar 20 hari tanpa hujan. Setelah itu datang musim dingin panjang. Penduduk harus makan kulit pepohonan untuk bertahan hidup. Ketika itu, belum ada yang menyadari bahwa bencana ekologi itu adalah dampak dari letusan Gunung Tambora di belahan bumi lain.


BENCANA EKOLOGI DI EROPA DAN AMERIKA

70.000 sampai 100.000 orang diperkirakan tewas akibat dampak langsung dari bencana itu. Bahkan ilmuwan dan budayawan Amerika Serikat Gillen D'Arcy Wood dalam bukunya "Tambora : The Eruption That Changed the World", memperkirakan sekitar 1 juta orang yang meninggal ketika itu. Iklim global mengalami kekacauan selama hampir tiga tahun. Suhu udara rata - rata berada 3 derajat Celcius dibawah normal. Kelaparan dan situasi darurat terjadi di mana - mana. Bahkan di Cina, bencana kelaparan memaksa para petani menjual anak - anak mereka, hanya untuk sesuap nasi. Di India, hujan berkepanjangan mengakibatkan banjir besar.

Adalah ahli botani asal Swiss Heinrich Zollinger yang menjadi peneliti pertama yang mendaki Gunung Tambora tahun 1847, 32 tahun setelah letusan dahsyat itu, dan mengungkap hubungan antara Tambora dan bencana ekologi itu, dan mengungkap hubungan antara Tambora dan bencana Ekologi tersebut. Dia berhasil mencapai kaldera Tambora pada ketinggian sekitar 2900 meter dan memperkirakan, tinggi Tambora sebelum letusan mencapai 4000meter.

Zollinger ketika itu bekerja sebagai kolektor dan peneliti tanaman untuk Kerajaan Belanda dan dikirim ke Hindia Belanda tahun 1842. Ia kembali ke Swiss pada 1847 setelah mendaki Tambora. Heinrich Zollinger sempat kembali ke Jawa tahun 1955 untuk melanjutkan penelitian botaninya. Patungnya sekarang ada di Botanischer Garten Zurich (Kebun Raya Zurich).


FRANKENSTEIN DAN ASAL USUL PENEMUAN SEPEDA


Di Jerman, tahun 1816 diingat sebagai Tahun Kesengsaraan. Di beberapa daerah, misalnya di Baden, Wurttemberg dan Bayern, hingga gandum naik drastis sampai 3x lipat. Thomas Scnabel, Direktur Musim Sejarah negara bagian Baden Wurttemberg menerangkan, penduduk apda masa itu belum tahu apa aygn menyebabkan bencana ekologi itu. Mereka hanya mengalami masa hujan dan salju panjang selama periode April sampai September. Gandu, kentang dan buah - buahan membusuk, roti cepat rusak.

"Tapi jangan lupa, bencana yang sebenarnya terjadi di Indonesia", kata Schnabel. Lebih dari 100.000 orang diperkirakan tewas terkena hujan abu panas dan tsunami yang muncul setelah letusan. Tambora memuntahkan debu dan batu - batuan sampai pada ketinggian 70 kilometer.


Sepeda pertama di dunia yang diciptakan karena letusan tambora

Bencana itu didokumentasikan di Eropa dengan berbagai cara. Menurut Schnabel, ada legenda bahwa bencana ekologi dan suasana gelap itu yang memberi inspirasi pengarang Mary Shelley menulis kisah seramnya "Frankenstein" tahun 1818. Karena transportasi dengan kuda makin sulit, bangsawan Freiherr Von Drais waktu itu mengembangkan konstruksi sepeda yang pertama.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2017 MBLOGOBLOG