SOLUSI TRANSPORTASI MASYARAKAT YANG BOSAN DENGAN PELAYANAN TRANSPORTASI KONVENSIONAL HARUS DIPERJUANGKAN
Dinas Perhubungan Jawa Berat telah resmi melarang transportasi berbasis aplikasi online untuk beroperasi baik roda dua maupun roda empat. Larangn ini juga disepakati bersama WAAT (Wadah Aliansi Aspirasi Transportasi) Jawa Barat.
WAAT mengirimkan surat pernyataan bersama agar transportasi online (Grab, Uber, GoCar, Gojek) tidak beroperasi sebelum diterbitkannya peraturan yang baru dan sah mengenai transportasi online ini.
Sejauh ini transportasi basis aplikasi online ini telah memberikan banyak perubahan terhadap masyarakat. Salah satunya adalah untuk mengurangi jumlah pengangguran. Memang bila dilihat dengan kacamata sebagai manusia modern, ini adalah sebuah perubahan yang positif, tapi bila dilihat dari sisi primitif ini adalah sebuah dampak negatif sebuah teknologi.
Kenapa saya menyebutka dari sisi "Primitif". Secara bisnis, transportasi konvensional telah diberikan regulasi dari pemerintah untuk mengikuti beberapa aturan yang harus dipatuhi. Seperti plat kuning, SIM pengemudi, dan lain sebagainya. Namun tidak dengan ojek pangkalan, ojek pangkalan cenderung jauh lebih ugal-ugalan, kadang opang bisa membawa penumpang tanpa mengikuti standar keselamatan.
Transportasi konvensional tidak mampu bersaing karena merasa ada regulasi yang mengatur sehingga mereka melakukan aksi demo agar transportasi basis aplikasi online juga harus diperlakukan sama dengan mereka. Padahal mereka hanya cemas karena pemasukan mereka otomatis menurun, dan pengguna transportasi konvensional juga mulai berkurang semenjak maraknya transportasi basis aplikasi online ini.
Saya setuju bila transportasi basis aplikasi online ini perlu diberi regulasi dengan tujuan untuk memberikan peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan untuk membantu perekonomian masyarakat. Memang dari segi transportasi sangat berpengaruh besar terhadap kemajuan ekonomi negara.
Tapi dengan adanya larangan beroperasi dan mesti menunggu hingga aturan yang baru ditetapkan, malah menimbulkan kecemasan masyarakat yang lebih luas lagi. Malah saat ini sudah muncul sebuah petisi Change.org untuk "menolak intimidasi terhadap pengemudi basis aplikasi, bebaskan warga memilih transportasi".
Tak dapat dipungkiri, banyak drama yang dilalui semenjak fenomena ini muncul, bahkan hingga menghilangkan nyawa. Saat ini petisi Change.org sudah mencapai 4.836 pendukung
Petisi ini dibuat oleh Dudi Teguh Gunadi, ia mengatakan "Pemerintah lalai dalam memutuskan sebuah kebutuhan masyarakat... regulasi tidak beres beres... transportasi konvensional belum nyaman... sekarang dihentikan... Apakah harus begitu?"
Kita pasti menyadari, bahwa transportasi konvensional sejauh ini dirasa kurang nyaman untuk penumpang. Ambil contoh ANGKOT, sudah menjadi sebuah kebiasaan supir angkot dengan seenak keteknya "NGETEM" sembarangan. Kebutuhan penumpang jelas ingin sampai di tempat tujuan dengan tepat waktu, tapi kalau ngetem bisa telat.
Alasan supir angkot pun jelas, mencari penumpang untuk kejar setoran. Akhirnya jadi dilema, mereka punya kepentingan masing-masing. Tapi ketika ada sebuah solusi, supir butuh uang dan penumpang perlu sampai di tujuan, supir angkot berontak. Ini yang saya maksud penglihatan dari sudut pandang primitif.
Mohon maaf bila saya salah dalam mengucap ungkapan dalam tulisan yang saya tuangkan di blog ini. Tujuan saya menulis blog ini adalah semata-mata untuk memberikan opini saya terhadap perilaku-perilaku manusia yang harusnya menerima sebuah perubahan.
Bagi kalian yang ingin turut serta menandatangani petisi untuk kebebasan memilih transportasi, silakan kunjungi link ini : KLIK DISINI